SKOR.id - Davide Frattesi menjadi pemain yang akan selalu dibawa pelatih Timnas Italia, Luciano Spalletti.Jelang Italia tampil di laga ketiga dan keempat UEFA Nations League 2024-2025, nama gelandang Inter Milan tersebut pun masuk dalam daftar skuad yang dipanggil Luciano Spalletti.Italia akan menghadapi Belgia dalam laga Grup 2 UEFA Nations League A 2024-2025 yang akan digelar pada Kamis (10/10/2024) atau Jumat dini hari WIB.Empat hari kemudian atau Senin (14/10/2024), Gli Azzurri akan menghadapi Israel di laga keempat Grup 2 UEFA Nations League 2024-2025.Saat ini, Timnas Italia memimpin klasemen Grup 2 UEFA Nations League 2024-2025 dengan 6 poin. Mereka di atas Timnas Prancis yang ada di posisi kedua dengan 3 poin.Sukses Italia mengawali fase grup UEFA Nations League 2024-2025 ini tidak terlepas dari peran Davide Frattesi.Pemain berusia 25 tahun ini yang mencetak gol kedua Italia ke gawang Prancis dalam laga pertama fase grup yang berakhir 3-1, 6 September 2024 lalu.Lalu, tiga hari kemudian atau 9 September 2024, Davide Frattesi mencetak gol pertama Gli Azzurri dalam kemenangan 2-1 atas Israel.Kedua gol itu sangat penting dalam laga tersebut. Gol-gol itu pula yang membuat Davide Frattesi menjadi pemain penting bagi Timnas Italia era kepelatihan Luciano Spalletti.Namun, jika Davide Frattesi sangat penting bagi Timnas Italia, tidak demikian dengan situasi yang dihadapi sang pemain di klubnya, Inter Milan.Bagi pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi, Davide Frattesi adalah pilihan kedua atau bahkan ketiga.Situasi inilah yang menarik perhatian publik sepak bola Italia. Mengapa pemain yang memiliki peran kunci di level timnas justru kerap menjadi cadangan di klubnya.Karena itu, dalam dua laga UEFA Nations League 2024-2025 menghadapi Belgia dan Israel, Davide Frattesi kembali memiliki peluang untuk memberikan pesan kepada Simone Inzaghi bahwa dirinya pantas mendapatkan menit yang lebih banyak di Inter Milan.Rapor bersama Luciano SpallettiDua gol yang diciptakan Davide Frattesi di dua laga terakhir Timnas Italia tersebut membuat pemain kelahiran Roma ini total telah mengoleksi 7 gol dari 21 laga membela Gli Azzurri. Dari 7 laga tersebut, 6 gol di antaranya ditorehkan Davide Frattesi bersama Luciano Spalletti.Menurut Soy Calcio, Davide Frattesi merupakan gelandang kedua dengan gol per menit terbaik di abad ke-21 ini.Davide Frattesi rata-rata mampu mencetak 1 gol setiap 176 menit. Di bawah Matteo Pessina yang telah mencetak 5 gol untuk Timnsa Italia dengan rata-rata 1 gol per 169 menit.Davide Frattesi juga lebih baik dibandingkan dengan Daniele De Rossi (5 gol dengna timnas Italia), legenda AS Roma, yang ada di posisi keempat dengan 1 gol per 290 menit.Di era kepelatihan Luciano Spalletti pula, Davide Frattesi merupakan pemain yang paling produktif dengan catatan 6 gol yang diciptakannya tersebut.Di bawahnya ada Giacomo Raspadori yang bersama Luciano Spalletti mencetak 2 gol. Lalu ada Matteo Retegui, Federico Chiesa, Nicolo Barella, dan Domenico Morfeo yang juga masing-masing mengoleksi 2 gol besama pelatih Luciano Spalletti.Situasi di Inter MilanMusim lalu, Davide Frattesi telah bermain dalam 42 laga di Inter Milan (Liga Italia dan Piala Italia) dengan mencetak 8 gol.Sejumlah gol yang diciptakannya bersama I Nerazzurri juga gol yang menentukan bagi sukses Inter Milan meraih Scudetto bersama Simone Inzaghi.David Frattesi hanya tampil sebagai starter dalam 11 pertandingan dari total 42 pertandingan tersebut. Musim ini pun tampaknya tidak jauh berbeda.David Frattesi selalu tampil ke lapangan dari bangku cadangan, hanya mengoleksi total 53 menit.Dalam tiga laga pertama Liga Italia 2024-2025 ini, dia memberikan assist bagi terciptanya gol Marcus Thuram dalam laga yang berakhir 2-2 menghadapi Genoa.Situasi ini tentu saja tidak terlepas dari bahwa Simone Inzaghi saat ini masih memiliki tiga gelandang pilihannya yaitu Hakan Calhanoglu, Nicolo Barella, dan Henrikh Mkhitaryan.Dengan tiga gelandang inilah yang membuat Inter Milan berhasil meraih Scudetto pada musim lalu.Pertanyaannya, seberapa lama lagi Simone Inzaghi akan menempatkan Davide Frattesi sebagai pemain pelapis di Inter Milan? Karena Davide Frattesi tentu ingin menjadi bintang utama di Inter Milan seperti halnya di Timnas Italia saat ini.Skuad Timnas Italia untuk Laga Lawan Belgia dan IsraelKiper: Michele Di Gregorio (Juventus), Gianluigi Donnarumma (PSG), Guglielmo Vicario (Tottenhm Hotspur)Belakang: Alessandro Bastoni (Inter), Raoul Bellanova (Atalanta), Alessandro Buongiorno (Napoli), Riccardo Calafiori (Arsenal), Andrea Cambiaso (Juventus), Giovanni Di Lorenzo (Napoli), Federico Dimarco (Inter), Matteo Gabbia (Milan), Caleb Okoli (Leicester), Destiny Udogie (Tottenham Hotspur)Tengah: Nicolo Fagioli (Juventus), Davide Frattesi (Inter), Lorenzo Pellegrini (Roma), Niccolo Pisilli (Roma), Samuele Ricci (Torino), Sandro Tonali (Newcastle United)Depan: Moise Kean (Fiorentina), Daniel Maldini (Monza), Giacomo Raspadori (Napoli), Mateo Retegui (Atalanta)<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/ZAKmfcZ9n24?si=DK7ygueYm-Yssi7U" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Davide Frattesi menghadapi situasi yang berbeda antara di Timnas Italia dan di Inter Milan.

World

Dua Sisi Davide Frattesi, Pemain Kunci di Timnas Italia tapi Cadangan di Inter Milan

SKOR.id - Italia berduka setelah kehilangan salah satu ikon sepak bola mereka, Salvatore "Toto" Schillaci.Mantan bintang Juventus, Inter Milan, dan Timnas Italia meninggal pada Rabu (18/9/2024) pagi waktu Italia karena penyakit kanker usus besar yang dideritanya.Toto Schillachi meninggal di Palermo, kota kelahirannya dalam usia 59 tahun. Toto Schillaci yang lahir pada 1 Desember 1964 didiagnosis terkena kanker tersebut sejak 2022 silam.Selain penyakit kanker tersebut, Toto Schillaci juga mengidap aritmia di mana kerap mengalami detak jantung yang tidak teratur.Toto Schillaci bintang sepak bola Italia pada masanya yang diingat sebagai pemilik momen "Notti Magice" atau "Malam Keajaiban" yang terjadi di Piala Dunia 1990.Ketika itu, meski Italia tidak juara, namun performa Toto Schillaci untuk Timnas Italia ketika itu memang tidak akan terlupakan.Pemain yang awalnya tidak diprediksi akan menjadi bintang justru selalu menjadi penentu dari setiap kemenangan Timnas Italia.Toto Schillaci adalah penyerang ketiga di Timnas Italia setelah Gianluca Vialli dan Andrea Carnevale, tapi dia justru yang menjadi bintang di Piala Dunia 1990.Malam Keajaiban diberikan untuk setiap momen yang diperlihatkan Toto Shillaci di mana dirinya menginsiprasi skuad Italia di Piala Dunia 1990.Italia yang ketika itu sebagai tuan rumah Piala Dunia, mengalami kesulitan di pertandingan pertama menghadapi Austria.Pelatih Azegli Vicini kemudian menurunkan Toto Schillaci dari bangku cadangan menggantikan Andrea Carnevale pada menit ke-75.Dan, hanya tiga menit kemudian atau menit ke-78, Toto Schillaci mencetak gol untuk Italia dan menentukan kemenangan 1-0 Gli Azzurri.Di laga itulah dimulainya "Malam Kejaiban" Toto Schilacci. Pada pertandingan kedua menghadapi Amerika Serikat, pelatih Azeglio Vicini kembali menempatkan Toto Shillaci sebagai pemain pengganti di mana Gli Azzurri sudah unggul 1-0 di menit ke-11 melalui gol Giuseppe Giannini.Pada laga ketiga, yaitu menghadapi Cekoslovakia, Toto Schillaci tampil sebagai starter. Hanya membutuhkan sembilan menit bagi Toto Schillaci untuk mencetak gol dan membawa Italia unggul 1-0.Italia kemudian menang 2-0 di mana gol kedua dalam laga tersebut diciptakan Roberto Baggio pad amenit ke-78.Selanjutnya, Toto Schillaci tidak terbendung. Italia yang sukses ke fase knockout menang atas Uruguay dengan gol pembuka diciptakan Toto Schillaci. Lalu di perempat final, gol Toto Schillaci ke gawang Republik Irlandia membawa Italia menang 1-0.Di semifinal Italia kalah dalam adu penalti dari Argentina. Tapi di laga tersebut, Toto Schillaci mencetak gol di waktu normal pada menit ke-17.Pada perebutan tempat ketiga menghadapi Timnas Inggris, gol penalti Toto Schillaci menentukan kemenangan Italia, 2-1.Dengan 6 gol yang ditorehkan sepanjang turnamen tersebut, Toto Schillaci meraih gelar Top Scorer. Dia juga peraih Golden Ball (Pemain Terbaik) di Piala Dunia 1990 itu.Momen "Malam Ajaib" tersebut kini kembali diingat publik sepak bola Italia. Sejumlah mantan bintang termasuk Roberto Baggio, hingga klub dalam karier sang pemain, menyampaikan ucapan duka bagi kepergian Toto Schillaci.Dalam kariernya di level klub, Toto Schillaci memulai kariernya di Messina, lalu menjadi bintang di Juventus dan Inter Milan. Toto Schillaci juga sempat bermain di klub Jepang, Jubilo Iwata.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/7Kb1aXCHGDA?si=4nlQkMmxU50lgv2l" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Toto Schillaci mantan bintang Timnas Italia dan top scorer Piala Dunia 1990 meninggal dunia pada Rabu (18/9/2024) pagi waktu Italia, dalam usia 59 tahun.

Toto Schillaci, Pemilik 'Malam Keajaiban' Italia di Piala Dunia 1990 Meninggal Dunia

SKOR.id&nbsp;– Kekalahan 1-3 dari Italia yang dialami Timnas Prancis di kandangnya Parc des Princes, Paris, pada laga pertama Grup 2 UEFA Nations League A 2024-2025, Jumat (6/9/2024) malam lalu, benar-benar mengejutkan.&nbsp;Prancis, kampiun UEFA Nations League 2020-2021 baru kali itu kemasukan hingga tiga gol dalam sebuah laga di waktu normal, usai terakhir mengalaminya dari Argentina pada final Piala Dunia 2018.Pelatih Didier Deschamps mengaku Kylian Mbappe dan kawan-kawan hanya mampu bermain bagus selama 20 menit awal, yang ditandai gol cepat dari Bradley Barcola saat pertandingan baru berjalan 14 detik!&nbsp;Deschamps dikritik keras usai Prancis tersingkir di semifinal Euro 2024. Saat itu, Les Bleus hanya mampu mencetak satu gol murni dari open play lewat sundulan Randal Kolo Muani saat kalah 1-2 dari Spanyol (yang akhirnya juara) di empat besar.&nbsp;Uniknya, laga melawan Italia pada Jumat malam lalu seperti ulangan semifinal Euro 2024. Prancis unggul lebih dahulu lalu kalah. Bedanya, jika di Euro 2024 Prancis kebobolan tiga kali dalam enam pertandingan, di UEFA Nations League A mereka sudah kemasukan tiga hanya dalam satu laga.&nbsp;Sebagai catatan, usai kekalahan di Euro 2024, pertandingan kompetitif pertama Prancis adalah melawan Italia di fase grup di UEFA Nations League A.Deschamps sendiri mengaku siap dikritik terkait hasil memalukan melawan Italia. Ini memang baru pertandingan pertama UEFA Nations League A.&nbsp;Namun, jika melihat permainan Prancis saat melawan Italia pada Jumat malam lalu, muncul pertanyaan, apakah Deschamps masih pantas menangani Les Bleus, yang terkesan kembali bermain membosankan dan tak mampu mencari celah untuk membongkar pertahanan lawan? Apa yang membuat Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) mempertahankan Deschamps untuk menangani Les Bleus?&nbsp;Skor.id&nbsp;akan coba mengulasnya dalam Skor Special kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).&nbsp;Usai kandas di semifinal Euro 2024, Presiden FFF Philippe Diallo mengatakan kepada media Prancis L’Equipe bahwa Deschamps sudah aman dalam pekerjaannya karena mencapai semifinal turnamen di Jerman. Ia akan membawa tim ke Piala Dunia 2026 yang diadakan di Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko.&nbsp;“Dia memiliki kontrak (yang berlaku hingga 2026) dan telah mencapai target yang ditetapkan untuknya,” kata Diallo, kala itu.&nbsp;“Saya melihat kontraknya tidak perlu dipertanyakan. Hasil-hasilnya di masa lalu sudah membuktikannya dan tujuannya telah tercapai. Deschamps akan melanjutkan misinya.”Diallo dan FFF tentu memiliki pertimbangan mengapa masih mempertahankan Deschamps sebagai pelatih Timnas Prancis. Apa faktor-faktor yang membuat Deschamps dipertahankan?&nbsp;Kemampuan Mengatur Tim dengan Fondasi dan Etos Kerja&nbsp;Karena kesuksesannya bersama Timnas Prancis sebagai pemain (gelandang tengah dan kapten negaranya saat juara Piala Dunia 1998 dan Euro 2000), Deschamps dikenal sebagai manajer turnamen yang cerdik dan mampu mengatur tim dengan fondasi dan etos kerja yang kokoh.&nbsp;Mantan kiper dan kapten Prancis Hugo Lloris menggambarkan Deschamps sebagai sosok yang “tenang dan menyatu” yang menular ke para pemain. Ia juga membawa pemahaman dan pragmatisme, akal sehat dan kemampuan beradaptasi.&nbsp;Kualitas yang sama itu telah membantunya saat menjadi pemain di lini tengah, kala Prancis memiliki segudang gelandang bertalenta yang lebih glamor seperti Zinedine Zidane, Youri Djorkaeff, Robert Pires, Emmanuel Petit, hingga Patrick Vieira.Tidak Takut BereksperimenSaat kalah dari Italia, Deschamps menggunakan laga itu untuk menguji sejumlah pemain baru. Deschamps memberikan debut kepada penyerang Michael Olise, dan juga memasukkan gelandang Manu Kone untuk pertandingan pertamanya.“Ini masalah keseimbangan atau ketidakseimbangan, tim masih muda dan beberapa melakukan debut hari ini,” kata Deschamps, usai laga melawan Italia.&nbsp;“Saya tahu bahwa dengan tidak menurunkan tim inti di lapangan, saya mengambil beberapa risiko dan ini merusak kinerja secara keseluruhan.”Deschamps juga mencadangkan Jules Kounde dan Dayot Upamecano untuk memberi kesempatan kepada Ibrahima Konate dan Jonathan Clauss menjadi starter."Pertahanan telah berubah, saya sudah mengatakan itu. Waktunya telah tiba untuk memberikan waktu bermain kepada sebanyak mungkin pemain dan malam ini di hadapan lawan tingkat tinggi, kami harus membayar mahal,” ucap Deschamps.“Pada pertandingan berikutnya, visi tidak akan berubah (untuk terus bereksperimen), inilah saatnya untuk melakukannya.”<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/Boks_data_Didier_Deschamps_Hendy_AS_Skor_id_a936f2204d.jfif" alt="Boks data Didier Deschamps - Hendy AS Skor.id.jfif"><figcaption>Statistik Didier Deschamps sejak menjadi pelatih Timnas Prancis tidak terlalu buruk. (Hendy Andika S/Skor.id)</figcaption></figure>Eksperimen Deschamps mungkin gagal saat melawan Italia. Namun, saat melatih Prancis merebut Piala Dunia 2018, Deschamps memainkan gelandang bertahan Blaise Matuidi di posisi melebar, bukan di tengah, sebagai pemain sayap bertahan sisi kiri atau gelandang serang dalam formasi 4–2–3–1 yang mengalir.&nbsp;Sistem ini terbukti membantu memberikan keseimbangan pada tim dengan menutup sayap kiri secara bertahan, sehingga membatasi ancaman serangan dari full-back lawan. Hal ini pada gilirannya memberi Kylian Mbappe kebebasan untuk menyerang dan berlari di pertahanan dari sayap kanan.&nbsp;Selain itu, Matuidi sering ditempatkan di tengah lapangan, untuk memberikan dukungan defensif kepada playmaker Paul Pogba di lini tengah, bersama dengan N’Golo Kante, dan membantu mengurangi ruang di lini tengah lawan.Pada Piala Dunia di Rusia enam tahun lalu itu, Deschamps juga menggunakan penyerang tengah Olivier Giroud sebagai false-9 yang menggunakan fisiknya untuk menciptakan ruang dan peluang bagi penyerang Antoine Griezmann dan Mbappe, memberi mereka kebebasan untuk menghasilkan peluang dan mencetak gol.&nbsp;Taktik ini mirip dengan Stephane Guivarc’h, yang adalah rekan setim Deschamps di tim Prancis yang memenangi Piala Dunia 1998.&nbsp;Usai kegagalan di final Piala Dunia 2022 Qatar karena banyaknya gelandang kunci yang cedera serta kekalahan di semifinal Euro 2024, Deschamps sepertinya harus mencoba menemukan formula yang tepat untuk mendapatkan keseimbangan di tim. Upaya itu tentu tidak akan berhasil tanpa eksperimen.&nbsp;Mengedepankan Lingkungan Tim yang KohesifDeschamps sangat mementingkan terciptanya lingkungan tim yang kohesif (padu) dengan mengembangkan hubungan positif dengan para pemainnya. Ia juga percaya akan pentingnya kepribadian para pemainnya, dan bagaimana mereka menyatu satu sama lain.&nbsp;Deschamps juga suka memberi contoh dalam hubungan profesionalnya dengan staf dan pemainnya. Meskipun ia percaya pada pengendalian penguasaan bola, ia menekankan pentingnya transisi khususnya selama pertandingan.&nbsp;Secara taktik, Deschamps suka membiarkan pertandingan berjalan tanpa memberikan instruksi kepada pemainnya dari bangku cadangan, dan tidak suka terlalu mengontrol pemainnya. Dia suka mengamati pertandingan dan mendiskusikan kemungkinan perubahan dengan stafnya.Dari kelebihan dan kemampuan di atas, Deschamps mampu membangun soliditas, efisiensi, dan kualitas, hingga Timnas Prancis menjelma menjadi tim spesialis turnamen.&nbsp;Statistik mencatat, sejak menangani Prancis mulai Juli 2012, pencapaian “terburuk” Les Bleus adalah 16 besar. Prancis menjadi finalis Euro 2016, juara Piala Dunia 2018, 16 besar Euro 2020, runner-up&nbsp;Piala Dunia 2022, dan semifinal Euro 2024. &nbsp;&nbsp;&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/A7X_cq9PZas?si=8EHRTq_FV-z0Q_8N" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Kendati dibekap Italia, ada sejumlah faktor yang membuat Didier Deschamps masih pantas menangani Timnas Prancis.

Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage situs Skor.id.

SKOR SPECIAL

Mengapa Timnas Prancis Masih Percaya Didier Deschamps

SKOR.id – Turnamen sepak bola sebesar Euro 2024 (Piala Eropa) tidak hanya menjadi ajang unjuk kebolehan dan teknik para pemain. Style para pesepak bola top dunia itu dalam balutan busana formal juga menjadi daya tarik tersendiri.&nbsp;Para pemain yang biasanya terlihat sporty dengan seragam tim nasional negaranya maupun klub, tampak berbeda saat mengenakan busana formal ketika baru turun dari pesawat di Jerman, atau saat akan masuk stadion sebelum pertandingan.&nbsp;<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C8cAsLotceP"></oembed></figure>Italia, juara Eropa 1968 dan 2020, misalnya. Gianluigi Donnarumma dan kawan-kawan tampak bak model saat mengenakan jaket dua kancing berbahan katun berwarna biru dengan tulisan ITALIA di punggung, dipadukan dengan celana denim lurus (straight) dan kemeja biru muda.&nbsp;Para pemain Timnas Portugal, kampiun Euro 2016, juga terlihat sangat modis dengan seragam formal. Dalam salah satu foto saat mereka turun dari pesawat, bek veteran Nelson Semedo mengenakan jas/jaket dua kancing berwarna gelap dengan t-shirt putih.&nbsp;<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C8KnjFMM5WO"></oembed></figure>Yang cukup menarik perhatian dari seragam off-pitch Portugal ini adalah celana panjang. Sekilas model pinggangnya mirip celana joger namun seperti celana formal plain&nbsp;tanpa lipatan pada pinggul dan pinggang.Bahan celana yang digunakan juga terlihat lentur dengan bentuk lingkar kaki dan bahan yang mirip celana panjang chino. Celana panjang model chino&nbsp;kebanyakan memakai bahan twill&nbsp;yang tidak hanya terasa lebih sintetis namun juga ringan.&nbsp;<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C8HrGOVtE2-"></oembed></figure>Sementara itu, Timnas Turki ingin mencitrakan para pemainnya tidak hanya tampil karismatik. Pasalnya, mereka memberikan Arda Guler dan kawan-kawan jas model double breasted berwarna gelap, lengkap dengan kemeja dan dasi bernuansa senada. Jas yang juga dikenal dengan sebutan Italian style suit ini juga membuat pemakainya tampil elegan.<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C8ISxHDNEDb"></oembed></figure>Timnas Georgia sepertinya benar-benar memperhatikan bila Euro 2024 ini digelar pada musim panas. Hal itu terlihat dari seragam formal yang dikenakan Khvicha Kvaratskhelia dan kawan-kawan di Jerman.&nbsp;Georgia memilih jas model the summer suits yang biasa memakai bahan yang dirancang agar sirkulasi udara tetap berjalan. Dipadu dengan t-shirt&nbsp;putih, tampilan para pemain Georgia terlihat sedikit santai namun tetap segar karena tidak kepanasan dan berkeringat.&nbsp;Skuad kampiun Euro 1992, Denmark, juga memilih seragam formal setelan jas model the summer suits. Bedanya, jika Georgia berwarna gelap, Tim Dinamit memilih warna abu-abu kecoklatan.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/zSxtXtRcnH4?si=ANZGWFPGyYppPXUt" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Para pesepak bola top dunia yang turun di Euro 2024 tampak modis dan elegan dengan seragam formal.

Culture

Parade Seragam Formal Tim-tim di Euro 2024 

SKOR.id – Spanyol dan Italia akan bertemu dalam laga kedua fase grup Euro 2024. Laga kedua bagi mereka di Grup B ini akan digelar pada Kamis (20/6/2024) malam waktu setempat atau Jumat mulai pukul 02.00 dini hari WIB.Pertandingan dini hari nanti dipastikan bakal sengit, bukan hanya karena reputasi keduanya di level internasional – Spanyol juara Eropa tiga kali (1964, 2008, 2012) dan Piala Dunia sekali (2010) sedangkan Italia kampiun Euro dua kali (1968, 2000) dan Piala Dunia empat kali (1934, 1938, 1982, 2006) – namun dari rekor pertemuan mereka.&nbsp;Dari total 39 kali pertemuan, Spanyol menang 14 kali sedangkan Italia 11 (sisanya imbang 14). La Roja mampu mencetak 45 gol berbanding 46 torehan Gli Azzurri.&nbsp;Pertandingan dini hari nanti akan sangat penting bagi kedua tim karena baik Spanyol maupun Italia sudah sekali menang masing-masing atas Kroasia (3-1) dan Albania (2-1).&nbsp;Jelang laga ini pula, Skor.id menampilkan sejumlah fakta menarik dari pertandingan Spanyol melawan Italia:1. Ini akan menjadi pertandingan ke-11 antara Spanyol dan Italia di turnamen internasional besar (delapan di Piala Eropa dan tiga di Piala Dunia), sebuah rekor antara dua tim Eropa. Duel ini juga merupakan edisi kelima berturut-turut kedua tim bertemu di Piala Eropa (sejak 2008) – sekali lagi ini juga sebuah rekor.2. Tidak termasuk lotere adu penalti, Italia hanya kalah satu kali dari 10 pertandingan melawan Spanyol antara Piala Eropa dan Piala Dunia (menang 4, imbang 5), yakni pada final Euro 2012 (0-4).3. Spanyol telah memenangi dua pertandingan terakhir melawan Italia, keduanya di UEFA Nations League. La Furia Roja belum pernah meraih tiga kesuksesan berturut-turut melawan Gli Azzurri.4. Namun begitu, Spanyol telah memenangi tiga pertemuan sebelumnya melawan juara bertahan Euro, dan selalu mencapai final di setiap edisi saat itu: 2-1 melawan Uni Soviet pada 1964, 1-0 atas Jerman Barat pada 1984, dan 2-1 menghadapi Yunani pada 2008.<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/Alvaro_Morata_e523980f4b.jpg" alt="Penyerang Timnas Spanyol, Alvaro Morata. (Jovi Arnanda/Skor.id)."><figcaption>Penyerang Timnas Spanyol, Alvaro Morata, mencetak gol dalam laga lawan Kroasia, di ajang Euro 2024, Sabtu (15/6/2024) malam WIB. (Jovi Arnanda/Skor.id).</figcaption></figure>5. Italia tetap tak terkalahkan dalam 10 pertandingan terakhir mereka di putaran final Piala Eropa (menang 7, imbang 3). Laga pertama seri ini adalah kemenangan 2-0 atas Spanyol di Euro 2016. Kekalahan terakhir Gli Azzurri di kompetisi tersebut terjadi saat melawan Irlandia di laga terakhir penyisihan grup tahun 2016.6. Spanyol hanya kalah satu kali dari 11 pertandingan kompetitif di bawah asuhan pelatih Luis de la Fuente (menang 9, imbang 1) dan memenangi seluruh tujuh pertandingan terakhir berturut-turut. Kemenangan beruntun terlama terakhir di kompetisi resmi terjadi pada periode antara Oktober 2016 dan Oktober 2017, delapan.7. Sejak kalah dari Spanyol di Nations League pada Juni 2023 (1-2), Italia hanya kalah satu kali dari 12 pertandingan terakhirnya di semua kompetisi (menang 8, imbang 3), yakni dari Inggris, 1-3, di kualifikasi Piala Dunia zona Eropa, pada 17 Oktober 2023 lalu.&nbsp;8. Alvaro Morata mencetak 10 gol dalam 15 penampilan di turnamen internasional besar bersama Spanyol (antara Piala Dunia dan Euro). Satu-satunya pemain lain yang mampu mencetak dua digit gol mengingat dua kompetisi bersama timnas Iberia tersebut adalah David Villa (13).&nbsp;9. Nicolo Barella terlibat dalam lima gol dalam tujuh penampilan terakhirnya untuk Italia (2 gol dan 3 assist), termasuk gol dalam pertandingan pertama Gli Azzurri di Euro 2024 melawan Albania. Barella akan berusaha mencetak gol dalam tiga pertandingan internasional berturut-turut untuk pertama kalinya dalam kariernya.10. Fabian Ruiz terlibat dalam dua dari tiga gol Spanyol melawan Kroasia, memberikan assist pada gol Alvaro Morata dan mencetak gol kedua. Sejak debut internasionalnya pada Juni 2019, hanya Jordi Alba (sembilan) yang memberikan umpan sukses lebih banyak untuk La Roja dibandingkan dengan gelandang Paris Saint-Germain itu (delapan).&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/zSxtXtRcnH4?si=oZBu9jh8MBHuslhO" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Reputasi dan rekor pertemuan Spanyol dan Italia akan membuat laga kedua Grup B Euro 2024 nanti bakal berlangsung sengit.

Fakta Menarik Spanyol vs Italia di Euro 2024 

SKOR.id – Ada yang menarik dari setelan yang dikenakan pelatih Timnas Italia Luciano Spalletti dan sejumlah stafnya saat mendampingi para pemainnya mengalahkan Albania, 2-1, pada laga pertama Grup B Euro 2024 di Westfalenstadion, Dortmund, Jerman, Sabtu (15/6/2024) pekan lalu.Di sisi lapangan, Spalletti tampak mengenakan setelan jas resmi, dengan logo Federasi Sepak Bola Italia (Federazione Italiana Giuoco Calcio/FIGC) lengkap dengan empat bintang di atasnya pada area dada kiri.&nbsp;Yang menarik adalah tulisan ITALIA di bagian punggung, sehingga mengesankan setelan yang dikenakan Spalletti dan stafnya bukan seragam formal, namun menjadi mirip jaket training.Seragam formal Gli Azzurri yang terlihat sangat modis itu ternyata keluaran merek fesyen terkemuka, Emporio Armani. Merek kedua dari keluarga Armani – setelah Giorgio Armani – itu selama ini dikenal fokus pada tren dan gaya modern.&nbsp;<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C8KdmB6y1GQ"></oembed></figure>Merek yang didirikan pada tahun 1981 asal Italia itu selama ini dikenal sebagai salah satu brand&nbsp;mewah di dunia karena bahan berkualitas tinggi, pengerjaan luar biasa, dan desainnya nan ikonik.Setelah di edisi 2021 Gli Azzurri mengangkat trofi di langit Wembley dengan mengenakan busana rumah mode karya desainer asal Piacenza, tahun ini Emporio Armani kembali menciptakan seragam formal baru untuk juara Eropa dua (1968, 2020) kali itu.Dari jaket abu-abu tanpa kerah dan kerah ala Korea serta celana panjang hitam, seragam formal Timnas Italia beralih ke outfit baru yang dilengkapi bahan denim dan kemeja biru muda.Terdiri dari jaket biru dua kancing dengan tulisan ITALIA di bagian belakang (tepatnya punggung), dipadukan dengan celana denim lurus dan kemeja biru muda.<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C8KCJWBvi-u"></oembed></figure>Jaket rajut berbahan katun ini terinspirasi dari yang dikenakan oleh para pemaain Timnas Italia pada tahun 1928, juga mengambil gambar emblem yang ditempatkan pada saku tinggi.Warna, bahan yang nyaman, serta garis yang dinamis dan elegan mencerminkan semangat otentik merek tersebut.&nbsp;Inisiatif ini merupakan bagian dari rencana kolaborasi empat tahun, yang ditandatangani pada tahun 2019 oleh Giorgio Armani dengan FIGC, untuk pembuatan pakaian formal Emporio Armani untuk tim nasional sepak bola Italia, skuad U-21, dan Tim Nasional Wanita.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/d4QQrCXNrks?si=AhFKAA5fvzMmbyCm" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Bagian punggung seragam formal Timnas Italia untuk Euro 2024 terlihat seperti pakaian latihan.  

Euro 2024: Seragam Formal Italia Terinspirasi Outfit Tahun 1928 

SKOR.id - Siapa saja pencetak gol tercepat dalam sejarah penyelenggaraan Euro alias Piala Eropa?1. Nedim Bajrami - 23 Detik Italia 2-1 Albania Babak Grup Euro 2024Dalam gelaran Piala Eropa kedua mereka sepanjang sejarah, Albania tampil mengejutkan dengan mencetak gol cepat, 23 detik sejak sepak mula babak pertama.Ini adalah gol tercepat sepanjang sejarah Piala Eropa.Nedim Bajrami memanfaatkan lemparan ke dalam Federico Dimarco yang salah sasaran dan menjebol gawang Gianluigi Donnarumma.Meski begitu, Albania harus rela kalah usai Italia mencetak dua gol yang membalikkan keadaan lewat Alessandro Bastoni dan Nicolo Barella.2. Dmitri Kirichenko - 1 Menit 7 Detik Rusia 2-1 Yunani Babak Grup Euro 2004Usai Rusia tersingkir dini di Piala Eropa 2004, Dmitri Kirichenko akhirnya dimainkan pelatih Georgi Yartsev di laga terakhir babak grup, laga yang sudah tak menentukan bagi mereka.Hanya butuh waktu 67 detik bagi pemain CSKA Moskow ini untuk mencetak gol lewat tendangan kaki kanan yang menghujam gawang Antonios Nikopolidis.3. Emil Forsberg - 1 Menit 22 Detik Swedia 3-2 Polandia Babak Grup Euro 2020Tahu jika kemenangan akan membuat mereka lolos ke babak selanjutnya, Swedia tampil menyerang sejak menit awal lawan Polandia di laga terakhir babak grup.Hasilnya, Emil Forsberg mampu mencetak gol dalam waktu 82 detik sejak sepak mula, memanfaatkan kemelut di kotak penalti dengan tendangan kaki kiri yang tak bisa dihadang Wojciech Szczęsny.4. Yussuf Poulsen - 1 Menit 39 Detik Denmark 1-2 Belgia Babak Grup Euro 2020Usai kalah di laga pertama grup, Denmark bertekad menang di laga kedua melawan Belgia, dengan mereka mengawali laga dengan sangat baik.Yussuf Poulsen berhasil menjebol gawang Thibaut Courtois dengan tendangan kaki kanannya usai Denmark mampu merebut bola di daerah pertahanan Belgia.5. Robert Lewandowski - 1 Menit 40 Detik Polandia 1-1 Portugal Perempat Final Euro 2016Setelah tak mencetak gol dalam empat laga pertama Polandia di Piala Eropa 2016, Robert Lewandowski akhirnya mencetak gol ke gawang Portugal di babak perempat final.Hanya 100 detik sejak sepak mula, Lewandowski mampu memanfaatkan umpan tarik Kamil Grosicki dan mencetak gol dari jarak dekat di tengah kotak penalti.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/dJlr92GGtfw?si=oF_P9g3N4N_d14Zs" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Berikut ini adalah daftar gol-gol tercepat sepanjang sejarah Euro alias Piala Eropa dengan Nedim Bajrami jadi yang teratas.

Bajrami No 1, Daftar 5 Gol Tercepat Sepanjang Sejarah Euro

SKOR.id – Setelah kekecewaan karena gagal lolos ke Piala Dunia 2022 di Qatar sebagai juara Eropa, Italia bertekad menebusnya dengan mencapai prestasi yang mengesankan; menjadi tim kedua yang memenangi Piala Eropa berturut-turut, setelah Spanyol melakukannya pada tahun 2008 dan 2012.&nbsp;Meskipun komputer super Opta tidak menganggap Gli Azzurri sebagai favorit – peluang juara mereka hanya 5%, tertinggal dari enam tim lainnya – Italia telah menunjukkan bahwa mereka dapat mengatasi estimasi komputer super sebelum turnamen.&nbsp;Faktanya, sebelum dimulainya Euro 2020, Italia hanya memiliki peluang 7,6% untuk menjuarai turnamen tersebut. Namun faktanya mereka berhasil mengangkat trofi di Wembley setelah mengalahkan Inggris di final melalui adu penalti.&nbsp;Terlebih lagi, turnamen internasional besar terakhir yang diselenggarakan secara eksklusif di Jerman membawa kesuksesan bagi Italia. Tim asuhan Marcello Lippi mengangkat Piala Dunia pada 2006 di Olympiastadion Berlin. Stadion itu juga yang nantinya akan menjadi tempat berlangsungnya final Euro 2024.&nbsp;Jika menang, Italia akan bergabung dengan Jerman sebagai tim nasional sepak bola pria yang paling banyak meraih gelar turnamen besar di antara negara-negara Eropa. Saat ini, Italia bangga dengan enam trofi (4 Piala Dunia, 2 Piala Eropa) sementara Die Mannschaft&nbsp;memiliki tujuh (4 Piala Dunia, 3 Euro).Perjalanan Italia dari Roberto Mancini ke Luciano SpallettiSetelah gagal lolos ke Piala Dunia 2018, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) memilih Roberto Mancini sebagai sosok yang akan mengantarkan era baru sepak bola Italia, dengan fokus khusus pada pengembangan pemain muda. Untuk Euro 2024 ini, banyak pemain yang diberi kesempatan oleh Mancini kini menjadi andalan tim.Nicolo Barella (45 penampilan di bawah asuhan Mancini), Giovanni Di Lorenzo (28), dan Alessandro Bastoni (17) semuanya melakukan debut mereka untuk tim nasional Italia dengan Mancini sebagai pelatih.&nbsp;<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/Luciano_Spalletti_603a19e080.jpg" alt="Luciano Spalletti melatih timnas Italia. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id)."><figcaption>Luciano Spalletti dipercara melatih Timnas Italia usai sukses bersama SSC Napoli di Liga Italia 2022-2023. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id).</figcaption></figure>Selain mereka, mantan bos Manchester City ini juga mengawasi perkembangan karier para pemain seperti kiper Gianluigi Donnarumma, yang telah mencatatkan 49 dari 61 penampilannya untuk Italia di bawah manajemennya, dan Federico Chiesa (41/46).&nbsp;Dalam rangkaian yang mencakup kemenangan di Euro 2020, Italia mencatatkan 37 pertandingan tanpa kekalahan (menang 28, imbang 9) antara Oktober 2018 dan September 2021. &nbsp;Mancini pun akhirnya menjadi manajer tersukses ketiga dalam sejarah Timnas Italia dengan 37 kemenangan – lebih sedikit hanya dari Vittorio Pozzo (63) dan Enzo Berazot (40).&nbsp;Namun, dengan kegagalan lolos ke Piala Dunia 2022, ada sesuatu yang pecah dan jalan Mancini dan Timnas Italia berbeda.Luciano Spalletti, arsitek di balik Scudetto pertama Napoli dalam 33 tahun – juara Liga Italia pada 2022-2023, setelah terakhir pada 1989-1990 (lainnya, 1986-1987) – ditunjuk menggantikan Mancini.&nbsp;Spalletti segera fokus pada kohesi grup, memperkuat protagonis utama manajemen Mancini, dan secara bertahap memperkenalkan pemain baru.&nbsp;Para pemain baru tersebut antara lain Raoul Bellanova – bek yang memberikan assist terbanyak di Liga Italia musim lalu (7) – dan Andrea Cambiaso, bek sayap yang mencatatkan carry distance – setiap pergerakan pemain dengan berjarak lebih dari lima meter – tertinggi kedua dari seluruh pemain Juventus FC pada 2023-2024 (4.391 meter).Ini akan menjadi turnamen internasional besar pertama Spalletti sebagai seorang pelatih. Dia mengikuti jejak 10 pelatih Italia lainnya yang pernah melatih Italia di Kejuaraan Eropa, dan tidak ada manajer non-Italia yang pernah melakukannya.&nbsp;Dalam upaya untuk mendorong “spiritoAzzurro” di timnya, Spalletti memilih untuk mengingat kembali sejarah kejayaan tTm Nasional Italia, dengan mengundang beberapa pemain nomor 10 legendaris negaranya di masa lalu – Gianni Rivera, Giancarlo Antognoni, Roberto Baggio, Francesco Totti, dan Alessandro Del Piero – ke FIGC Center di Coverciano.Enam Perintah SpallettiSpalletti ingin ideologi sepak bolanya jelas. Sedemikian rupa sehingga dia memiliki papan dengan “enam perintah” yang tercantum untuk para pemainnya di ruang ganti, yakni:&nbsp;*Tampil menekan terus-menerus (menghilangkan kepercayaan lawan) *Kontrol permainan (menjaga bola) *Terikat (jarak antar pemain harus pendek dan dekat) *Agresi kembali yang sengit setelah bola hilang *Restorasi (jika tidak dalam posisi melakukan serangan balik, berkumpul kembali di belakang bola) *Perintah, pembelajaran, dan persiapan (mulai kembali pengepresan setelah struktur memungkinkan)“Hukum” yang diterapkan Spalletti kepada para pemainnya adalah perwujudan gaya bermainnya. Hal tersebut dapat dengan mudah dipahami setelah melihat bagaimana tim Napolinya bermain pada musim 2022-2023.&nbsp;Dengan penguasaan bola, Spalletti ingin mendominasi permainan melalui penguasaan bola dan pendekatan passing yang dipupuk dengan cermat. Tanpa itu, ia ingin segera merebutnya kembali melalui tekanan tinggi.Berkat dogma-dogma ini, Napoli mencetak gol terbanyak (77) pada musim 2022-2023 dan kebobolan paling sedikit (28), dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi (62%) dan mencatat turnover terbanyak (370 – delapan diakhiri dengan gol).Selain itu, Spalletti juga sangat teliti dalam menangani situasi bola mati, sebuah aspek permainan yang bisa sangat menentukan di turnamen sistem gugur. Saat menangani Napoli, tim itu mencetak gol terbanyak dari situasi bola mati di Liga Italia pada 2022-2023 (24) dan kebobolan paling sedikit (4).Perpaduan Menarik antara Pengalaman dan Darah BaruAda beberapa pemain di skuad yang akan berusaha memperbaiki beberapa kesalahan. Salah satunya adalah Jorginho, yang ingin menebus dua penalti yang gagal melawan Swiss yang akhirnya merugikan Italia di kualifikasi Piala Dunia 2022, serta kekecewaannya karena finis kedua di Liga Inggris 2023-2024 bersama Arsenal FC.&nbsp;<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C7zk0ALgTEZ"></oembed></figure>Barella dan Chiesa, keduanya menjadi protagonis kemenangan Gli Azzurri di Euro 2020, kini juga akan memberikan pengaruh besar di Euro 2024.&nbsp;Barella mencetak satu gol dan memberikan dua assist selama kemenangan Italia di Piala Eropa, diikuti dengan mencatatkan assist lebih banyak dibandingkan pemain Italia lainnya selama kualifikasi Euro 2024 (3), dan menciptakan tujuh peluang lebih banyak dibanding rekan satu timnya (15).Dalam dua musim terakhir, Barella juga memperkuat Inter Milan, membantu mereka mencapai final Liga Champions UEFA 2022-2023 dan menjadikan dirinya sebagai salah satu pilar timnya musim ini saat I Nerazzurri memenangkan Scudetto ke-20 mereka.Pemain berusia 27 tahun ini mencatatkan lebih banyak keterlibatan dalam serangan permainan terbuka dibandingkan dengan gelandang lainnya pada musim 2023-2024, dan berada di urutan ketiga secara keseluruhan, hanya di belakang Khvicha Kvaratskhelia (Napoli) dan Matias Soule (Frosisone).&nbsp;Adapun Chiesa, setelah menjadi salah satu pemain terbaik Italia di Euro 2020, ia banyak menderita masalah cedera dalam dua tahun terakhir.&nbsp;Terlepas dari kesulitan tersebut, rasio menit per golnya pada musim 2023-2024 adalah yang terbaik dalam kariernya di Liga Italia, dengan rata-rata 9 golnya tercipta setiap 245 menit sekali. Kesembilan gol tersebut merupakan balasan gol terbaiknya di kasta tertinggi Italia sejak ia mencetak 10 gol pada musim 2019-2020.Spalletti juga ingin memanfaatkan rasa lapar para pemain yang akan merasakan pengalaman pertamanya di turnamen besar internasional, seperti Riccardo Calafiori dan Gianluca Scamacca.&nbsp;<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C8IL7Uzo6Rk"></oembed></figure>Calafiori tampil mengesankan bersama Bologna FC musim ini. Bek berusia 22 tahun tersebut mencatatkan tujuh keterlibatan gol di Liga Italia (2 gol, 5 assist). Hebatnya, tidak ada bek yang menghasilkan assist lebih banyak untuk Bologna dalam dua dekade terakhir di kompetisi papan atas.&nbsp;Dalam konferensi pers baru-baru ini, Spalletti memuji kualitas sang bek, dan menyatakan bahwa Calafiori juga bisa bermain sebagai pemain nomor 10 di masa depan.&nbsp;Terakhir, Scamacca mencetak lebih banyak gol musim ini di salah satu kompetisi besar Eropa dibanding pemain Italia lainnya. Ia mencetak enam gol dalam kesuksesan Atalanta BC juara di Liga Europa.&nbsp;Pemain Italia terakhir yang mencetak lebih banyak gol di Eropa adalah Ciro Immobile pada musim 2017-2018 (delapan gol untuk Lazio, juga di Liga Europa), dan Scamacca kemungkinan akan menjadi striker utama Italia di Jerman.&nbsp;Meskipun Gli Azzurri tidak menjadi favorit untuk Euro 2024, dan absennya mereka di Piala Dunia terakhir, kekuatan pertandingan domestik di Italia terus mengalami kemajuan.&nbsp;Dalam dua musim terakhir, lima dari enam final kompetisi Eropa menampilkan tim Italia: Fiorentina dua kali di Liga Konferensi Eropa, Roma dan Atalanta di Liga Europa, dan Inter di Liga Champions.&nbsp;Sekarang tergantung pada Spalletti dan tim Italia barunya untuk mengakhirinya dengan penampilan yang kuat di musim panas ini. Sejarah menunjukkan bahwa mempertahankan gelar Piala Eropa sangatlah sulit.&nbsp;Pertanyaannya, apakah ada orang yang akan terkejut jika Italia kembali memegang trofi tersebut pada 15 Juli 2024 nanti?&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/hWcoxj4jTXM?si=nFvaY5wP2x4UZtua" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Italia bukan favorit utama juara Euro 2024 walaupun dalam beberapa tahun terakhir mampu membalikkan prediksi.

Euro 2024: Mampukah Italia Meraih Gelar Beruntun

SKOR.id – Kamis (6/6/2024) lalu, pelatih Luciano Spalletti mengumumkan 26 nama pemain Timnas Italia yang akan diturunkan pada Euro 2024 di Jerman yang akan dimulai pada Jumat (14/6/2024) nanti.&nbsp;Dalam daftar tersebut, Spalletti mempercayakan Lorenzo Pellegrini untuk memakai nomor ikonik Gli Azzurri&nbsp;pada Piala Eropa edisi ke-17 nanti.&nbsp;Spalletti pun menjelaskan mengapa mempercayai nomor 10 untuk gelandang AS Roma tersebut untuk Euro 2024, dibandingkan andalan lini tengah Timnas Italia lainnya, Nicolo Barella (Inter Milan).“Pellegrini akan mengenakan nomor 10 karena kualitas yang dimilikinya. Dia tahu cara memaksimalkan ruang, tahu cara melakukan tendangan bebas dan penalti,” ujar Spalletti.&nbsp;“Dia memiliki kaki yang bisa menempatkan bola di ruang-ruang kecil. Pellegrini juga mampu berpikir cepat usai operan pertama. Dia memiliki semua hal itu.”Spalletti sebelumnya mengisyaratkan Pellegrini atau Barella akan menjadi kandidat untuk peran nomor 10. Bintang Inter itu pun akhirnya diberi nomor punggung 18 untuk Euro 2024.Pellegrini diperkirakan akan menjadi starter dalam pertandingan persahabatan terakhir Italia sebelum Euro 2024 melawan Bosnia dan Herzegovina, Minggu (9/6/2024) malam.Pellegrini menyelesaikan musim 2023-2024 dengan 10 gol dan lima assist dalam 41 penampilan di semua kompetisi untuk AS Roma. Gelandang berusia 27 tahun itu menarik diri dari skuad Italia Euro 2020, tiga tahun lalu, karena cedera.Dengan terpilihnya Pellegrini untuk posisi nomor 10, berarti sudah 11 pemain Italia yang mengenakan nomor tersebut sepanjang keikutsertaan mereka di Piala Eropa.Euro 2024 menjadi Piala Eropa ke-11 bagi Italia. Turun perdana pada 1968 – dan langsung juara – Nazionale&nbsp;harus menunggu hingga 12 tahun untuk kembali berlaga di turnamen sepak bola terbesar Benua Biru itu. Namun, Italia tidak pernah absen di Piala Eropa sejak 1996.&nbsp;Beberapa nama ikonik telah mengenakan jersey nomor 10 Italia yang banyak diincar pemain selama bertahun-tahun, termasuk pemain seperti Giacinto Facchetti di akhir tahun 1960-an, Giancarlo Antognoni di era 1980-an, serta Alessandro Del Piero dan Francesco Totti pada 2000-an.&nbsp;Lorenzo Insigne menjadi pemain terakhir yang mendapat penghargaan tersebut pada tahun 2021 – saat turnamen Euro 2020 yang ditunda itu dilaksanakan – dan Italia juara untuk kali kedua.Yang menarik, tidak ada pemain yang pernah mengenakan nomor punggung 10 Italia di lebih dari satu Piala Eropa.Pemain Italia Bernomor Punggung 10 di Piala Eropa: 1968 – Giacinto Facchetti 1980 – Giancarlo Antognoni 1988 – Luigi De Agostini 1996 – Demetrio Albertini 2000 – Alessandro Del Piero 2004 – Francesco Totti 2008 – Daniele De Rossi 2012 – Antonio Cassano 2016 – Thiago Motta 2021 – Lorenzo Insigne 2024 – Lorenzo Pellegrini&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/a1Xq0mMPgkk?si=4Lrr6V8nFfaBkNrc" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Pelatih Timnas Italia Luciano Spalletti memiliki alasan mengapa Lorenzo Pellegrini dipercaya memakai nomor 10 untuk Euro 2024.

Euro 2024: 11 Pemain Italia Pemakai Nomor 10 di Piala Eropa 

SKOR.id – Metode lempar koin dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai perselisihan saat memilih sesuatu yang menentukan antara dua pihak.Baik itu untuk memilih salah satu dari dua alternatif, atau bahkan sekadar untuk memutuskan siapa yang memulai lebih dulu.Menariknya, pernah satu kali metode pelemparan koin (coin toss) tersebut digunakan dalam ajang Piala Eropa untuk penentuan pemenang.Tepatnya pada semifinal Euro 1968, selama 120 menit Italia dan Uni Soviet gagal mencetak gol dalam laga yang berlangsung di Napoli, Italia.Skuad Gli Azzurri telah melakukan upaya maksimal untuk mencegah kebobolan, karena Italia harus bermain dengan 10 pemain setelah Gianni Rivera mengalami cedera.Menyusul hasil imbang tersebut, nasib Italia dan Uni Soviet pun berada di tangan wasit.Kapten Italia, mendiang Giacinto Facchetti, adalah orang yang ditunjuk untuk memilih permukaan koin saat pelemparan.Ia mengingat kembali interval yang paling menegangkan setelah peluit akhir dibunyikan.&nbsp;"Pada masa itu, tidak ada ketentuan untuk adu penalti.&nbsp;Pertandingan harus ditentukan melalui pelemparan koin,” kata Facchetti, mengenang.&nbsp;“Italia memainkan hampir seluruh pertandingan dengan 10 pemain dan pada saat itu, pergantian pemain yang cedera tidak ada dalam peraturan," ia menambahkan."Salah satu pemain kami (Rivera) menderita kram parah, jadi kami menyelesaikannya dengan sembilan setengah pemain,” Facchetti mengisahkan.&nbsp;"Pada akhir perpanjangan waktu, wasit asal Jerman memanggil kedua kapten. Kami turun ke ruang ganti bersama-sama, wasit mengeluarkan perintah koin lama dan saya memilih ekor.”&nbsp;"Rupanya itu adalah keputusan yang tepat dan Italia lolos ke final. Segera setelah undian selesai saya berlari ke atas untuk merayakannya,” Facchetti menuturkan.&nbsp;"Perayaan saya memberitahu mereka bahwa mereka bisa merayakan kemenangan Italia," ia menambahkan.Meskipun menjadi pemenang Piala Dunia pada 1934 dan 1938, Italia belum pernah mencapai final turnamen besar selama 30 tahun sebelum Euro 1968.Namun, salah satu rekan Facchetti tahu bahwa penantian mereka akan berakhir begitu kaptennya melakukan pekerjaan yang menentukan itu.&nbsp;“Saya hanya bisa berharap semoga keberuntungan memihak saya,” kata Facchetti yang berposisi bek sayap.&nbsp;"Salah satu rekan setim saya, (Tarcisio) Burgnich, bertanya siapa yang akan melakukan panggilan untuk Italia?”&nbsp;“Ketika mereka mengatakan kepadanya bahwa sayalah yang akan memilih, dia berkata, 'Semuanya sudah berakhir, Facchetti adalah orang yang beruntung!'”Untungnya, semua berjalan sesuai prediksi. “Di koridor saya sudah berteriak-teriak dan ketika mereka melihat reaksi saya dan rekan satu tim, publik tidak ragu lagi dengan hasilnya.”“Publik benar-benar merayakannya karena itu berarti kami lolos ke final untuk pertama kalinya dalam 30 tahun," ujarnya. Itu semua karena Facchetti yang memilih ekor.Ajang ini pun berlangsung happy ending bagi tuan rumah Italia, yang akhirnya meraih juara setelah mengalahkan Yugoslavia pada laga final.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/ELggaVK0qFw?si=lK8JYhBRdpQo2ciC" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Facchetti melakukan pilihan tepat dalam momen lempar koin yang menentukan Italia lolos ke final Euro 1968.

Latest Articles - Timnas Italia